5BERITA.COM — Teh adalah minuman yang telah dikonsumsi selama berabad-abad di berbagai budaya, baik sebagai penyegar di pagi hari maupun teman bersantai di malam hari. Salah satu perdebatan yang sering muncul adalah apakah teh dapat membuat seseorang tetap terjaga atau justru memicu rasa kantuk.
Beberapa orang merasa lebih segar setelah minum teh, sementara yang lain justru mengantuk dan lebih mudah tertidur. Efek ini diduga dipengaruhi oleh kandungan teh, seperti kafein dan L-theanine, yang masing-masing memiliki dampak berbeda pada tubuh.
Dengan memahami bagaimana zat-zat dalam teh bekerja, kita bisa mengetahui apakah efek kantuk yang ditimbulkan benar-benar berdasarkan fakta ilmiah atau sekadar sugesti dari pengalaman pribadi.
Teh mengandung beberapa zat yang dapat mempengaruhi kantuk, seperti kafein, L-theanine, dan tanin. Kafein bekerja sebagai stimulan dengan menghambat adenosin, sementara L-theanine memiliki efek menenangkan yang meningkatkan gelombang alfa di otak, menciptakan keseimbangan antara fokus dan relaksasi.
Kombinasi keduanya bisa membuat seseorang lebih waspada atau justru merasa rileks hingga mengantuk. Tanin dalam teh juga memperlambat penyerapan kafein, sehingga efek stimulasinya lebih lembut dibandingkan kopi. Akibatnya, teh dapat memberikan sensasi yang berbeda pada setiap individu, tergantung pada kondisi tubuh dan waktu konsumsi.
Teh dapat mempengaruhi pola tidur seseorang tergantung pada kandungan kafein, L-theanine, dan waktu konsumsinya. Kafein dalam teh dapat meningkatkan kewaspadaan dengan menghambat adenosin, sehingga jika dikonsumsi terlalu dekat dengan waktu tidur, bisa menyebabkan sulit tidur atau tidur yang kurang nyenyak.
Namun, teh juga mengandung L-theanine, yang memiliki efek menenangkan dan dapat membantu tubuh lebih rileks, terutama pada teh dengan kadar kafein rendah atau teh herbal seperti chamomile. Selain itu, tanin dalam teh dapat memperlambat penyerapan kafein, sehingga efek stimulasinya tidak sekuat kopi.
Oleh karena itu, dampak teh terhadap tidur bersifat subjektif—ada yang merasa lebih segar setelah meminumnya, sementara yang lain justru lebih mudah mengantuk. Jika ingin menghindari gangguan tidur, sebaiknya memilih teh bebas kafein atau mengonsumsinya beberapa jam sebelum tidur.
Pengaruh teh terhadap kantuk tidak hanya bergantung pada kandungan kimianya, tetapi juga dipengaruhi oleh sugesti dan efek psikologis. Jika seseorang percaya bahwa teh dapat membuatnya lebih rileks, maka kemungkinan besar tubuh dan pikirannya akan merespons sesuai dengan ekspektasi tersebut, meskipun teh yang diminumnya mengandung kafein.
Sebaliknya, bagi mereka yang mengasosiasikan teh dengan peningkatan energi, efek yang dirasakan bisa berbeda, meskipun kadar kafeinnya lebih rendah dibandingkan kopi. Selain itu, ritual minum teh, seperti menikmati teh hangat dalam suasana tenang, juga dapat menciptakan perasaan nyaman yang membantu tubuh lebih mudah merasa santai atau mengantuk. Faktor psikologis ini menunjukkan bahwa dampak teh terhadap kantuk tidak sepenuhnya bersifat biologis, tetapi juga dipengaruhi oleh pola pikir dan kebiasaan seseorang.
Teh dapat mempengaruhi kantuk dengan cara yang berbeda pada setiap individu, tergantung pada kandungan kafein, L-theanine, serta faktor psikologis dan kondisi tubuh. Sementara kafein dalam teh dapat meningkatkan kewaspadaan, L-theanine dan tanin dapat memberikan efek menenangkan yang membuat beberapa orang justru lebih rileks atau mengantuk. Oleh karena itu, apakah teh membuat seseorang tetap terjaga atau mengantuk bergantung pada jenis teh, waktu konsumsi, serta respons tubuh masing-masing.
Penulis: Radhityo Damar Baskoro (H0224064), Mahasiswa Ilmu Tanah B