5BERITA.COM, SEMARANG—Cyber bullying adalah bentuk bullying yang dilakukan melalu sosial media. Sosial media yang bisa menjadi sarang terjadinya bullying tidak hanya satu atau dua macam saja, namun hampir semus sosial media yang ada di sekitar kita. Instagram, Twitter atau X, bahkan WhatsApp pun bisa menjadi sarang dari munculnya cyber bullying.
Cyber bullying sudah menjadi salah satu peristiwa yang merugikan banyak orang, baik itu pelajar ataupun orang dewasa. Satu ciri dari cyber bullying adalah pelaku penindasan akan menindas korban mereka via digital, yang mana sama sekali tidak ada bentuk kekerasan fisik. Bentuk dari cyber bullying yang paling dominan adalah komentar jahat atau hate speech yang sering kali di sampaikan melalui kolom komentar.
Dampak dari penghinaan tanpa kekerasan fisik tersebut akan mengganggu kesehatan mental korban. Sifat dari cyber bullying yang hanya berbentuk digital mengangkibatkan perundungan tipe ini dapat berlangsung sangat lama. Penyebab cyber bullying bisa terus berlangsung dan berulang adalah karena akses untuk melakukannya sangat mudah sekali. Postingan yang di taruh di sosial media manapun, memberikan akses untuk para pelaku cyber bullying untuk terus-menerus menjalankan aksi bullying mereka. Postingan dan komentar-komentar jahat tersebut akan di share dan tersebar luas ke banyak akun lainnya, dan menjadi tontonan publik. Siklus ini mampu terjadi berulang-ulang kali bahkan hingga hitungan tahun.
Mengenal Lingkup Permainan Roleypaying
Roleplaying atau roleplay adalah permainan dimana seseorang akan memainkan suatu akun dengan nama palsu dan wajah palsu. Dengan akun-akun ini, para pemain akan berinteraksi dengan pemain RP lainnya. Interaksi yang bisa dilakukan sangat beragam, bisa berbentuk interaksi lewat story ataupun lewat DM. Pemain game ini pun tersebar di seluruh macam aplikasi sosial media. Saat ini, permainan RP paling marak di mainkan di Instagram dan Telegram. Dengan melalui interaksi tersebut, para pemain akan berkenalan dengan permain yang lain dan menjalin hubungan pertemanan bahkan hubungan asmara secara virtual.
Alasan kenapa permainan RP ini menjadi ramai ada bebagai macam ragam. Menurut survei, beberapa anak RP memberikan jawaban seperti mendapatkan banyak teman, memiliki teman yang tidak toxic dan menyenangkan, dan ada juga yang mengakui bahwa bermain RP membuat mereka tidak kesepian. Namun, beberapa jawaban juga mengungkapkan sisi buruk dari permainan RP ini. Ungkapan tersebut berisikan, “Anaknya (para pemain RP) ribet banyak drama, apa apa dimasalahin, insensitive, too much negativity.” Jawaban dari responden lain mengungkapkan, “Yang bikin kurang menikmati karena ada beberapa oknum ga jelas, dan sekarang ada aja kelakukan anak RP yang bikin elus dada.”
Lingkup Permainan Roleplayer Rawan Cyberbullying
Menggunakan sosmed dengan bijak, tetap menjadi sesuatu yang masih sulit dilakukan oleh banyak orang. Pemain game RP ini pun tidak terkecuali. Menyoroti banyaknya kasus pembullyan yang muncul dengan identitas-identitas anonim, para pengguna akun diharuskan untuk berhati-hati kedepannya.
Berdasarkan survei yang sama, sebagian dari responden mengakui bahwa mereka pernah menjadi korban dari cyber bullying melalui permainan ini. Mereka mengakui bahwa jenis-jenis bullying yang mereka terima pun beragam. Tuduhan palsu atau denigration, ujaran kebencian, hinaan fisik, bahkan hingga doxxing identitas asli pemain lain yang dilakukan oleh pemain lainnya. Angka paling tinggi jatuh kepada tuduhan palsu atau fitnah.
Sebagaimana banyak orang suka menggunjing orang lain, para pemain game virtual ini pun tidak terkecuali. Dengan keterbatasan kemampuan untuk tahu identias sebenarnya suatu pemegang akun, para pelaku pembullyan mengubahnya menjadi kesempatan. Sudah hampir lumrah bagi para pemain game RP untuk menerima hujatan di lapak-lapak pesan anonim mereka seperti di aplikasi Tellonym, website Secreto, atau aplikasi NGL.
Besarnya Dampak Cyberbullying Pada Korban
Di dalam dunia RP, untuk mengenali watak asli seorang pemain bisa di bilang cukup sulit karena hanya berpegangan pada apa yang dia sampaikan lewat ketikan saja. Hal-hal seperti ini membuka jalan pada banyak pelaku pembullyan untuk melancarkan tuduhan-tuduhan negatif pada pemain lain yang tidak bersalah. Jenis pembullyan seperti ini dianggap cukup merugikan karena pelaku tidak dapat di lacak, mereka selalu menggunakan identitas anonim seperti akun fake. Perbuatan seperti ini di sebut dengan masquerading, karena pelaku menyamar dengan akun palsu sebelum menyampaikan ujaran kebenciannya.
Sebagaimana bullying yang terjadi di lingkungan nyata, bullying via sosial media ini juga berdampak buruk pada para penggunanya. Beberapa dampak yang bisa timbul dari adanya tindak penindsan via cyber adalah sebagai berikut:
- Secara psikologi, korban akan merasa rapuh dan kesepian berkepanjangan,
- Gangguan mood dan perilaku tidak normal yang menjurus pada gejala depresi,
- Hilangnya kepercayaan diri, tertekan, hingga gangguan insomnia,
- Sulit konsentrasi dalam pelajaran atau pekerjaan, dan penurunan performa,
- Kehilangan semangat untuk melakukan aktivitas sehari-hari,
- Kehilangan nafsu makan karena tekanan yang berlebih, dan masih banyak lagi.
Upaya Menanggulangi Aksi Bullying
Cyber bullying telah berakar cukup lama di dalam lingkup digital. Banyak sekali kasus bullying tipe ini yang tersebar di berbagai sudut media sosial dan tidak tertanggulangi. Membasmi cyber bullying mungkin akan menjadi tugas yang berat, namun bukanlah tidak mungkin. Upaya untuk menanggulangi tingginya angka bullying tipe ini dapat di mulai dari diri kita sendiri dengan menjadi pengguna sosial media yang bijak.
Penting bagi semua pengguna sosial media untuk senantiasa menerapkan aturan-aturan untuk membentengi diri sendiri dari jahatnya sosial media. Dengana adanya aturan-aturan dan beberapa regulasi yang diciptakan, lingkungan dunia virtual senantiasa akan membaik seiring waktu. Namun tentu saja, peran ini juga perlu dilakukan oleh para pendamping korban, baik itu temana atau keluarga. Berikut adalah beberapa hal yang dapat kita lakukan sebagai aksi penanggulangan:
- Meningkatkan komunikasi dengan keluarga, agar separah apapun pembullyan yang terjadi, korban tetap bisa jujur dan terbuka,
- Memilah dan memilih pergaulan yang sesuai di media sosial,
- Memperhatikan semua konten yang dibagikan ke sosial media, hindari membagikan konten yang mengandung unsur sensitif,
- Melakukan upaya report akun-akun yang terus menerus memberi ujaran negatif,
- Memberikan penyuluhan untuk spread awareness akan bahayanya cyber bullying,
dan masih banyak cara lainnya.
Upaya penanggulangan kasus cyber bullying tidak akan mampu terlaksana tanpa campur tangan semua orang. Kita mungkin bisa bijak menggunakan sosial media, namun tidak semua orang paham akan keharusan adanya etika bersosial media. Penting bagi kita untuk selalu memilah konten sosial media kita, baik yang kita post, share, atau bahkan sekedar memberikan like.
Penulis: Shahnaz Amalia Putri