5BERITA.COM, SEMARANG –– Pada zaman ini, tidak dipungkiri bahwa teknologi telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan teknologi ini dapat kita lihat di berbagai aspek kehidupan, mulai dari kesehatan, pendidikan dan juga ekonomi. Salah satu produk dari perkembangan teknologi yang hadir di era modern ini yaitu E-Wallet.
E-Wallet (Electronic Wallet) atau yang biasa disebut juga dengan dompet elektronik merupakan salah satu bentuk dari perkembangan teknologi di bidang ekonomi. E-Wallet merupakan alat yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atau bertransaksi secara online. Penggunaan E-Wallet sudah menjadi hal yang umum dan populer di berbagai kalangan, mulai dari remaja hingga dewasa.
Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan terhadap 30 responden, diperoleh hasil bahwa sebesar 68.7% dari mereka menyatakan “sering” dalam menggunakan E-Wallet untuk bertransaksi. Beberapa jenis E-Wallet yang populer dan sering digunakan yaitu Shopepay, Dana, Gopay, OVO, dan lain-lain.
Keunggulan dan Sisi Positif Penggunaan E-Wallet
Kemudahan yang ditawarkan dalam menggunakan E-Wallet, menjadi salah satu faktor utama mengapa para individu lebih memilih bertransaksi menggunakan cara tersebut. Penggunaan E-Wallet juga dinilai lebih praktis, efektif, dan efisien daripada menggunakan cara konvensional.
Kemudahan dalam penggunaan E-Wallet dapat dirasakan dari proses saat melakukan transaksi itu sendiri. Para pengguna tidak perlu membawa dompet dan membawa uang cash untuk melakukan pembayaran. Hanya berbekalkan gadget atau handphone, para pengguna dapat melakukan kegiatan transaksi secara langsung. Selain itu, penggunaan E-Wallet juga tergolong cukup efisien baik dari segi tenaga maupun waktu. Para pengguna tidak perlu mengantri untuk melakukan pembayaran saat membeli sesuatu. Mereka juga tidak perlu menunggu kembalian jika uang mereka lebih seperti saat melakukan pembayaran konvensional.
Disamping kemudahan dalam proses transaksinya, kemudahaan dalam aksebilitasnya pun menjadi faktor yang mendukung popularitas E-Wallet dalam masyarakat. Pengguna dapat menggunakan E-Wallet untuk melakukan pembayaran, baik saat berbelanja di toko online maupun offline. Kemudahan-kemudahan tersebutlah yang membuat E-Wallet menjadi populer di kalangan masyarakat.
Kelemahan dan Sisi Negatif Penggunaan E-Wallet
Dibalik kemudahan dan juga keunggulan yang ditawarkan, penggunaan E-Wallet tentunya juga memiliki kelemahan. Dalam menggunakan aplikasi E-Wallet, jaringan internet menjadi hal yang cukup krusial agar kegiatan transaksi bisa dilakukan secara maksimal.
Hal tersebut juga diungkapkan oleh Kanaya, salah satu responden survei mengenai penggunaan E-Wallet. “Kendala yang sering ditemui saat menggunakan e wallet mungkin lebih pada kendala jaringan. Kalau jaringan jelek E-wallet akan susah digunakan,” ungkapnya.
Selain kelemahan terkait kendala jaringan internet, penggunaan E-Wallet juga memiliki sisi negatif lain yang dapat dialami oleh para pengguna. Kemudahan dalam penggunaan E-Wallet memang sangat membantu para pengguna dari beberapa aspek. Namun kemudahan tersebut ternyata juga menjadi salah satu alasan dan penyebab adanya perubahan pola belanja dari para pengguna.

Semakin mudah proses bertransaksi, semakin mudah juga seseorang membeli sesuatu. Kemudahan transaksi menggunakan E-Wallet seringkali membuat individu kalap dan menjadi boros. Hal ini secara tidak langsung membuat pengguna tidak memperdulikan pengeluaran yang telah dilakukan untuk membeli atau mendapatkan suatu barang. Ditambah lagi dengan faktor ketidakfisikan uang yang ada di dalam E-Wallet, membuat individu kesulitan dalam mengatur banyaknya uang yang telah digunakan.
Hal tersebut juga diungkapkan oleh Zulfa, salah seorang responden lain yang juga mengikuti survei mengenai penggunaan E-Wallet. “Sisi negatifnya saat memakai E-Wallet itu kita menjadi tidak bisa mengatur keuangan. Beda kalau uangnya ada di dompet asli. Kalau uang berada di dompet asli, kita bisa sadar kisaran uang yang telah kita habiskan. Kalau pakai E-wallet kita tidak bisa mengontrol pengeluaran karena uangnya tidak terlihat secara fisik,” ungkap Zulfa.
Selain menimbulkan kesulitan dalam melakukan kontrol pengeluaran uang, penggunaan E-Wallet juga dapat medorong tindakan konsumsi yang berlebih. Dilansir dari Journal of Applied Management and Business, artikel ‘The Effect Of E-Wallet, a Hedonist Lifestyle with Self Control as an Intervening Variable on Consumtive Behavior’ menyebutkan bahwa, kemudahan proses transaksi menggunakan E-Wallet dapat memicu adanya perilaku konsumtif dari para penggunanya.
Perilaku konsumtif adalah kecenderungan dimana seseorang melakukan pembelian barang secara berlebihan tanpa pertimbangan yang rasional. Hal ini biasanya didorong oleh kurangnya kontrol diri dan keinginan untuk mendapatkan kepuasan emosional. Kemudahan dalam menggunakan E-Wallet dapat memicu perilaku konsumtif ini, karena pengguna bisa dengan mudah membeli suatu barang yang sebenarnya tidak begitu diperlukan.
Hal tersebut juga didukung dengan adanya tren yang berkembang di media sosial. Media sosial seringkali menjadi platform utama untuk menyebarkan tren, baik itu dalam bentuk gaya hidup, produk, atau layanan. Tren viral seringkali mendorong perilaku konsumtif, di mana pengguna merasa terdorong untuk mengikuti tren demi validasi sosial.
Keinginan untuk mengikuti tren dan juga kemudahan dalam melakukan pembayaran melalui E-Wallet inilah yang dapat menimbulkan adanya perilaku konsumtif. Para pengguna bisa melakukan kegiatan pembelian lagi dan lagi secara mudah. Hanya dengan mengklik beberapa tombol saja, para pengguna bisa melakukan pembayaran dan mendapatkan barang yang dibeli. Hal inilah yang merupakan sisi negatif dari kemudahan penggunaan E-Wallet.
Perkembangan teknologi, khususnya adanya E-Wallet memang membawa banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Namun di sisi lain, kemudahan dalam penggunaannya juga memiliki resiko terjadinya pemborosan yang memicu munculnya perilaku konsumtif. Sebagai pengguna, kita harus bisa mengontrol diri dan memanfaatkan teknologi dengan bijak. Jadikan E-Wallet sebagai alat bantu yang memudahkan, bukan sebagai pemicu perilaku konsumtif.
Penulis: Dyah Dita Pratiwi