5BERITA.COM, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate di angka 5,50 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Juni 2025. Langkah ini diambil sebagai strategi untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global.
Dalam konferensi pers pada Selasa (18/6), Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan bahwa kebijakan moneter tetap diarahkan secara pro-stabilitas, dengan tetap mendukung pertumbuhan ekonomi melalui pelonggaran aspek makroprudensial dan sistem pembayaran.
“Kami menilai suku bunga saat ini sudah memadai untuk menjaga stabilitas rupiah dan inflasi tetap rendah. Namun untuk mendukung pertumbuhan kredit, kami menurunkan giro wajib minimum (GWM) sekunder dari 5 persen menjadi 4 persen,” ujar Perry.
Kebijakan tersebut memberikan tambahan likuiditas sebesar Rp78,45 triliun bagi perbankan yang diharapkan dapat memperluas penyaluran kredit, khususnya untuk sektor produktif dan UMKM. BI juga mencatat pertumbuhan kredit pada April 2025 mencapai 8,9 persen (year-on-year), sedikit lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 9,2 persen.
Di sisi lain, inflasi nasional masih terkendali. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Mei 2025 sebesar 1,6 persen (YoY), jauh di bawah target 3 persen. Ini memberikan ruang bagi otoritas moneter untuk tidak terburu-buru menaikkan suku bunga di tengah kondisi global yang belum menentu.
Keputusan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuan sembari melonggarkan likuiditas mencerminkan sikap hati-hati namun adaptif. Pemerintah dan otoritas moneter berharap langkah ini dapat mempercepat pemulihan ekonomi, khususnya dengan mendorong konsumsi dan investasi domestik. Dengan menjaga keseimbangan antara stabilitas dan pertumbuhan, BI terus memainkan peran kunci dalam menghadapi tantangan ekonomi nasional maupun global.
Penulis: Afifah Khoirunnisa