5BERITA.COM, SUKOHARJO — Desa Gentan, yang terletak di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, kembali menjadi saksi kolaborasi positif antara masyarakat dan perguruan tinggi. Melalui program Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) tahun 2025, mahasiswa Universitas Diponegoro dari Tim 99 meluncurkan inisiatif pengembangan sistem aquaponik sebagai strategi pemberdayaan UMKM pangan lokal berbasis sumber daya alam (SDA).
Program ini tidak hanya bertujuan memperkenalkan teknologi pertanian yang efisien dan ramah lingkungan, tetapi juga untuk meningkatkan kapasitas produksi pangan lokal secara berkelanjutan.
Dengan memadukan teknik budidaya ikan dan tanaman dalam satu ekosistem tertutup, sistem aquaponik dinilai mampu menjadi solusi cerdas dalam menghadapi keterbatasan lahan dan air, yang sering kali menjadi kendala dalam sektor pertanian konvensional.
Gagasan ini berangkat dari hasil observasi mahasiswa terhadap tantangan yang dihadapi pelaku UMKM dan masyarakat Desa Gentan, terutama dalam mengembangkan usaha pertanian skala kecil yang berorientasi pada ketahanan pangan dan keberlanjutan lingkungan.
Dalam praktiknya, mahasiswa bekerja sama dengan perangkat desa dan pelaku UMKM setempat untuk membangun sistem aquaponik sederhana menggunakan bahan yang mudah ditemukan, seperti ember bekas, pipa paralon, dan media tanam rockwool.

Salah satu mahasiswa, Annisa Ghilda, menyampaikan bahwa pendekatan yang mereka bawa bukan hanya soal teknologi, tapi juga pendidikan lingkungan dan ekonomi.
“Kami ingin masyarakat tidak hanya memahami cara kerja aquaponik, tapi juga melihat potensinya sebagai peluang usaha. Ini bisa jadi sumber pendapatan baru yang ramah lingkungan.”
Mahasiswa lainnya, Wildan Akbar dan Hasna Putri, juga turut berperan dalam memberikan pelatihan teknis dan pendampingan kepada warga. Mereka menyampaikan bahwa kolaborasi aktif dari masyarakat menjadi kunci utama keberhasilan program ini.
Dalam kegiatan ini, mahasiswa tidak hanya memberikan pelatihan teknis mengenai instalasi aquaponik dan pemeliharaan ikan serta tanaman, tetapi juga menyusun modul pembelajaran yang mudah dipahami, baik untuk dewasa maupun remaja. Materi pelatihan meliputi pemilihan jenis ikan dan tanaman, pengaturan sirkulasi air, pemantauan pH dan kadar amonia, serta penanganan hama secara organik.
Program ini mendapat sambutan hangat dari warga, terutama para pelaku UMKM kuliner dan pertanian. Salah satu pelaku UMKM, Bu Sulastri, menyebut bahwa hasil sayuran dari sistem aquaponik lebih segar dan bersih, cocok dijadikan bahan baku usaha makanan sehat yang sedang ia rintis.
“Sekarang saya bisa panen sendiri sayur di rumah tanpa ribet, sekaligus bisa dipakai jualan. Ini sangat membantu.”
Untuk mendukung keberlanjutan program, mahasiswa juga menyusun roadmap pengembangan usaha aquaponik desa, yang mencakup strategi produksi skala rumahan, perhitungan biaya operasional, potensi pemasaran lokal, serta kerja sama dengan toko pertanian dan koperasi desa. Mereka juga mengembangkan strategi promosi berbasis digital melalui media sosial, serta menyusun proposal kemitraan dengan lembaga pendukung UMKM.
Melalui program ini, Desa Gentan perlahan mulai membentuk identitas baru sebagai desa yang inovatif dan adaptif terhadap tantangan zaman. Aquaponik menjadi simbol harapan baru, bahwa teknologi pertanian modern bisa diterapkan dengan biaya terjangkau dan tetap memberikan dampak besar terhadap ekonomi warga.
Dengan semangat kolaborasi, edukasi, dan keberlanjutan, mahasiswa KKN-T Undip telah menunjukkan bahwa perubahan tidak harus datang dari proyek besar, melainkan bisa dimulai dari sistem sederhana yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat. Aquaponik bukan hanya sistem tanam, tetapi juga jembatan menuju kemandirian pangan dan penguatan ekonomi desa.






