5BERITA.COM, DEMAK – Mahasiswa KKN-T Tim 18 Universitas Diponegoro menggelar kegiatan edukatif bertema “Kenali Tubuhmu, Lindungi Dirimu: Edukasi Batasan Tubuh dan Pencegahan Kekerasan Seksual pada Anak” di SD Negeri Margolinduk, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak, pada Sabtu (31/5/2025). Kegiatan ini menjadi salah satu program sosial kemasyarakatan mahasiswa selama menjalankan Kuliah Kerja Nyata di wilayah tersebut.
Kekerasan seksual terhadap anak masih menjadi salah satu isu yang mengkhawatirkan di berbagai wilayah Indonesia, termasuk di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Di Kecamatan Bonang, angka kekerasan seksual pada anak tercatat masih tinggi, baik dalam bentuk laporan resmi maupun kasus-kasus yang tidak terungkap akibat minimnya literasi anak terhadap hak atas tubuh dan perlindungan diri.
Data dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Demak menunjukkan bahwa sebagian besar korban berasal dari kalangan usia sekolah dasar, yang belum mendapatkan edukasi memadai mengenai batasan tubuh dan cara melindungi diri dari tindakan tidak pantas.
Berangkat dari keprihatinan tersebut, Tim KKN-T Tim 18 Universitas Diponegoro menyusun dan melaksanakan program sosial kemasyarakatan bertema “Kenali Tubuhmu, Lindungi Dirimu: Edukasi Batasan Tubuh dan Pencegahan Kekerasan Seksual pada Anak”.
Program ini dilaksanakan di SD Negeri Margolinduk, pada Sabtu (31/5/2025), dengan melibatkan siswa kelas 4 hingga sebagai peserta utama. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada kebutuhan sekolah dasar sebagai ruang awal anak mengenal dunia luar dan lingkungan sosial, sekaligus menjadi usia krusial dalam pembentukan pemahaman mengenai tubuh dan batasan pribadi.
Salah satu anggota tim, Salmadina Mutiara Latifa, mahasiswa dari jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Diponegoro, bertindak sebagai pemateri dalam kegiatan tersebut. Dengan latar belakang akademik yang berkaitan erat dengan isu Politik Gender, ia menyusun materi berbasis perspektif kesetaraan dan perlindungan anak yang disesuaikan dengan kemampuan kognitif siswa sekolah dasar.
Tujuannya adalah agar anak-anak tidak hanya memahami konsep “batasan tubuh”, tetapi juga memiliki keberanian untuk berkata “tidak”, serta tahu kepada siapa mereka harus melapor jika merasa tidak nyaman atau dilecehkan.
Edukasi yang Ramah Anak dan Menyentuh
Materi edukasi disampaikan dalam bentuk permainan sederhana, diskusi kelompok, media visual bergambar, serta sesi tanya jawab terbuka. Anak-anak diajak memahami mana saja bagian tubuh yang bersifat pribadi, siapa saja yang boleh dan tidak boleh menyentuh mereka, serta bagaimana mengenali tanda-tanda situasi yang tidak aman. Edukasi ini dikemas secara interaktif agar tidak menakutkan, namun tetap meninggalkan kesan kuat.
Respons siswa sangat positif. Mereka aktif menjawab pertanyaan, bercerita, bahkan ada yang mengungkapkan pengalaman yang menunjukkan pentingnya edukasi ini dilakukan secara berkelanjutan. Beberapa guru yang hadir juga menyatakan bahwa anak-anak jarang mendapat materi seperti ini secara langsung.
“Saya baru tahu kalau ada bagian tubuh yang tidak boleh disentuh orang lain,” ujar salah satu siswa setelah kegiatan berlangsung. Siswa lain mengatakan bahwa ia ingin menceritakan materi ini kepada adiknya di rumah.
Apresiasi dari Pihak Sekolah dan Masyarakat
Program ini mendapatkan sambutan baik dari pihak sekolah dan masyarakat. Kepala Sekolah SDN Margolinduk, menyampaikan apresiasinya terhadap inisiatif mahasiswa KKN yang telah menghadirkan edukasi penting yang seringkali terlupakan.
“Anak-anak kami sangat membutuhkan pemahaman seperti ini. Tidak semua orang tua mampu atau tahu bagaimana menjelaskan hal-hal seperti batasan tubuh secara tepat. Kehadiran mahasiswa KKN sangat membantu kami,” ujarnya saat diwawancarai usai kegiatan.
Menuju Desa yang Ramah Anak dan Sadar Gender
Program ini menjadi bukti bahwa pengabdian mahasiswa bukan hanya soal infrastruktur atau pembangunan fisik, tetapi juga menyentuh sisi psikologis, sosial, dan budaya masyarakat. Dengan pendekatan yang berbasis nilai, pendidikan, dan keberpihakan pada kelompok rentan, mahasiswa mampu menjadi agen perubahan yang menjangkau kebutuhan akar rumput.
Tim KKN-T Tim 18 Universitas Diponegoro berharap kegiatan ini tidak berhenti sebagai inisiatif temporer. Edukasi seperti ini diharapkan bisa terus digalakkan melalui kolaborasi antara sekolah, pemerintah desa, dan masyarakat luas. Anak-anak perlu terus didampingi agar tumbuh dalam lingkungan yang aman, sehat, dan sadar gender.
Melalui kegiatan ini, mahasiswa tidak hanya belajar tentang masyarakat, tetapi juga turut mengambil bagian dalam membentuk masa depan yang lebih inklusif dan adil. Karena melindungi anak adalah tanggung jawab bersama, dan edukasi adalah langkah awal untuk mewujudkannya.