5BERITA.COM, JAKARTA — Dalam beberapa dekade terakhir, seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, penggunaan perangkat layar — terutama gadget — juga meningkat. Peningkatan tersebut tidak hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi juga pada anak-anak. Sekarang, gadget menjadi hal yang tidak bisa terpisahkan dari kehidupan sehari-hari bagi anak-anak. Penggunaan pada anak bahkan dianggap sebagai hal yang lumrah dan telah menjadi “mainan” wajib bagi mereka.
Menurut data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2024, disebutkan bahwa 39,71 persen anak usia dini di Indonesia telah menggunakan telepon seluler, sementara 35,57 persen lainnya sudah mengakses internet.
Di tengah maraknya penggunaan perangkat layar tersebut, muncul kekhawatiran akan dampak negatif yang bisa terjadi pada anak, terutama terhadap perkembangan kognitif, bahasa, dan fungsi otak anak. Dalam studi yang dipublikasikan oleh Paediatrics & Child Health (2022) dan JAMA Pediatrics (2020) terdapat bukti ilmiah yang menunjukkan bahaya akibat gadget atau perangkat layar yang dapat terjadi pada anak.
Penelitian dari Paediatrics & Child Health (2022) menyebutkan bahwa anak prasekolah yang menghabiskan total waktu dengan perangkat layar lebih lama cenderung tidak memiliki daya ingat kerja yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang memenuhi rekomendasi waktu penggunaan perangkat layar. Sementara itu, studi dari JAMA Pediatrics (2020) mengungkap bahwa penggunaan perangkat layar pada anak yang melebihi pedoman AAP (American Academy of Pediatrics) menunjukkan penurunan integritas mikrostruktur white matter pada otak yang mendukung kemampuan bahasa, literasi, dan fungsi eksekutif.
Temuan ini selaras dengan rekomendasi dari World Health Organization (WHO) dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) yang menyarankan pembatasan waktu penggunaan perangkat layar untuk anak-anak. Menurut WHO, penggunaan perangkat layar untuk anak dengan usia kurang dari 2 tahun tidak boleh terpapar perangkat layar apa pun, dan untuk umur 2 sampai 5 tahun, penggunaan media hanya direkomendasikan 1 jam, dan kurang dari itu lebih baik. Aktivitas fisik sangat direkomendasikan pada usia anak-anak.
Kemudian, Pusat Pengendalian Penyakit di Amerika, Centers for Disease Control and Prevention (CDC), juga punya acuan penggunaan perangkat layar yang sehat untuk anak-anak. Jika anak berumur 3–7 tahun, dianjurkan setengah sampai 1 jam sehari. Anak umur 7–12 tahun maksimal 1 jam juga, dan jika anak sudah masuk usia 12–15 tahun, baru boleh lebih dari 1,5 jam sehari.
Peran orang tua menjadi sangat krusial dalam perkembangan kognitif anak pada masa perkembangan teknologi seperti sekarang, terutama dalam memberikan akses atau mengontrol penggunaan perangkat layar. Seringnya orang tua menggunakan gadget dan kurang memperhatikan anaknya juga menjadi faktor penting dalam mendukung penggunaan dan pengontrolan perangkat layar pada anak.
Orang tua harus menjadi contoh dan perlu terlibat aktif dalam pengasuhan, seperti memfasilitasi permainan anak dan keikutsertaannya dalam pengasuhan, guna mendorong anak untuk mencapai perkembangan kognitif yang maksimal.
Sumber dan Referensi
- Hutton, J.S., Dudley, J., Horowitz-Kraus, T., DeWitt, T., & Holland, S.K. 2020. Associations between screen-based media use and brain white matter integrity in preschool-aged children. JAMA Pediatrics, 174(1): e193869. https://doi.org/10.1001/jamapediatrics.2019.3869
- Zhang, Z., Adamo, K.B., Ogden, N., Goldfield, G.S., Okely, A.D., Kuzik, N., Crozier, M., Hunter, S., Predy, M., & Carson, V. 2022. Associations between screen time and cognitive development in preschoolers. Paediatrics & Child Health, 27(2): 105–110. https://doi.org/10.1093/pch/pxab067
- Indonesia.go.id. 2024. Komitmen Pemerintah Melindungi Anak di Ruang Digital. Diakses 11 Juni 2025, dari https://indonesia.go.id/narasi/indonesia-dalam-angka/ekonomi/komitmen-pemerintah-melindungi-anak-di-ruang-digital
Penulis: Faizika Azahra